Ada seorang anak kecil yang
di dalam pergaulannya dengan teman-teman lain agaknya tidak disukai
karena ternyata dia kurang menjaga kebersihan tubuhnya, badannya kotor,
selalu berkeringat dan bau.
Sebenarnya ini adalah
masalah biasa, umum terjadi dan tidak membutuhkan satu penyelesaian yang
rumit. Jika anak tadi mau lebih perhatian menjaga kebersihan tubuhnya,
mandi dengan benar, gosok gigi dengan teratur, dsb, maka tentu saja dia
tidak akan mengalami lagi penolakan dari teman-teman sepergaulannya.
Tetapi ternyata banyak orang
yang berpikir sebaliknya, mereka berpikir dia yang benar, wajar saja
kalau kotor-kotor sedikit, memang teman-temannya adalah orang yang
cerewet-cerewet, sok bersih, dll.
Sehingga akhirnya dia tetap tidak mau berubah
menjadi lebih bersih dan jika didalam kehidupannya dia membutuhkan
teman maka nantinya dia akan mencari teman yang sama-sama kotor atau
lebih kotor dari dia.
Itulah gambaran lengkap dari
ulah manusia. Selalu ada positif dan negatif, plus dan minus. Perbedaan
dari kedua perilaku diatas terletak pada kemauan untuk berubah.
Jika mengacu pada hukum sebab akibat, sebenarnya diterima atau tidaknya didalam pergaulan hanyalah sebuah akibat dari satu sebab
yaitu badan yang kotor. Sehingga kalau kita berorientasi pada hasil
(akibat) agar dapat diterima kembali didalam pergaulan maka caranya
tinggal merubah sebab-nya yaitu mengganti kotor dengan kebersihan.
Didalam semua aspek kehidupan kita, semua sebab utama adalah diri kita sendiri, cara berpikir kita, sikap kita, perilaku kita dan semua kebiasaan kita. Sehingga apabila kita ingin merubah semua akibat
dari perbuatan kita, hasil kerja kita, kemampuan kita, prestasi kita
dan masa depan kita, jalan satu-satunya adalah memiliki kemauan untuk
mengubah diri sendiri, kemauan untuk selalu belajar, kemauan untuk
mengembangkan cara berpikir kita, kemauan untuk memperbaiki sikap,
kemauan untuk meningkatkan perilaku positif.
Pendek kata kemauan untuk berubah.
Kesalahan terbesar manusia bagi kemajuan pribadinya terletak pada ketidakmauan manusia tadi untuk berubah.
Mereka keras kepala, merasa
paling benar, malas belajar dan masalah-masalah lain yang terkait dengan
apa yang disebut zona kenyamanan.
Zona kenyamanan (Comfort
Zone) seseorang terbentuk karena akumulasi dari pola pikir, sikap dan
perilaku yang bertumpuk membentuk satu kebiasaan.
Apabila sudah terbentuk satu
kebiasaan maka untuk keluar dari kebiasaan tadi akan sangat sulit,
orang merasa tidak nyaman untuk menjalankan perilaku diluar kebiasaan
tadi.
Jika
seseorang sudah terbiasa “tidak mandi” maka walaupun tidak diterima
didalam pergaulannya pun, dia masih rela mempertahankan zona
kenyamanan-nya untuk lebih baik mencari teman yang sama-sama kotor dan
bau.
Keluar dari Zona kenyamanan adalah perkara besar didalam hidup seseorang.
Kebiasaan seseorang bisa kebiasaan baik, bisa juga kebiasaan buruk.
Itulah mengapa seseorang yang mempunyai kebiasaan baik hidupnya selalu beruntung, bahagia dan sukses dan orang yang mempunyai kebiasaan buruk hidupnya selalu bernasib sial, tidak bahagia dan gagal.
Sukses dan gagal merupakan tradisi.
Dan tradisi tersebut hanya merupakan akibat yang diwariskan dari satu kebiasaan, maka beruntunglah orang-orang yang mempunyai kebiasaan baik sehingga hidupnya mempunyai tradisi sukses.
Dan bagi orang-orang yang
mempunyai tradisi gagal, tengoklah kembali kebiasaan-kebiasaan pribadi
anda, cara berpikir, sikap dan perilaku anda. Segeralah keluar dari zona
kenyamanan anda, jangan keras kepala, berubahlah !
Hidup ini adalah proses belajar. Selalu belajar, berubah dan beradaptasi dengan orientasi pada hasil adalah kunci keberhasilan.
Didalam dunia yang sangat cepat mengalami perubahaan, faktor kemauan berubah sangat memegang peranan penting bagi masa depan kita.
Bahkan di dalam manajemen perubahan dikenal bahwa cara yang membawa keberhasilan kita hari ini akan menjadi cara kuno yang basi pada tahun atau bulan depan.
Berubahlah terus menuju keberhasilan!
Kemauan membimbing perhatian, perhatian adalah salah satu kejeniusan yang dapat diusahakan.
ReplyDelete