Jangan pernah katakan kita bernasib baik jika
kita sendiri tak mau berusaha. Sebab, kita sendiri yang memilih dan akan
menuai hasil dari apa yang kita lakukan.
Banyak orang yang akan berkomentar saat melihat orang sukses,
“Wah,
nasibnya sedang bagus….” atau “Nasib dia lagi bagus-bagusnya….”
Sekilas, kita melihat bahwa nasib ditentukan oleh sesuatu “di luar” diri
kita.
Tak heran, banyak yang menganggap ketika
seseorang sedang mencapai puncak kejayaan—bahkan, misalnya, saat di
tengah kondisi sekitar yang banyak mengalami kemunduran—orang segera
menganggap dewa atau dewi keberuntungan memang sedang memayungi nasibnya
yang mujur. Nasib seolah-olah memang sudah menjadi “jatah”. Orang
bahkan menyebutnya tak beda dengan takdir.
“Wah, nasibnya sedang bagus….” atau “Nasib dia lagi bagus-bagusnya….” Sekilas, kita melihat bahwa nasib ditentukan oleh sesuatu “di luar” diri kita.Tak heran, banyak yang menganggap ketika seseorang sedang mencapai puncak kejayaan—bahkan, misalnya, saat di tengah kondisi sekitar yang banyak mengalami kemunduran—orang segera menganggap dewa atau dewi keberuntungan memang sedang memayungi nasibnya yang mujur. Nasib seolah-olah memang sudah menjadi “jatah”. Orang bahkan menyebutnya tak beda dengan takdir.
Dilihat Lebih Lanjut
Padahal,
jika menilik arti kata, "takdir" beda—meski nyaris sama—dengan "nasib".
Apalagi jika ditinjau dari bahasa Inggris. Takdir disebut sebagai
destiny. Dalam arti harfiah lainnya, takdir adalah sebuah tujuan yang
sudah ditetapkan.
Karena itu, takdir tak bisa diubah. Contohnya adalah
kelahiran dan kematian. Sementara nasib disebut fate. Dalam pengertian
lainnya, disebut juga sebagai chance atau kesempatan. Artinya, nasib
adalah sebuah kesempatan yang bisa diusahakan maupun datang dengan
sendirinya.
Karena itu, takdir tak bisa diubah. Contohnya adalah kelahiran dan kematian. Sementara nasib disebut fate. Dalam pengertian lainnya, disebut juga sebagai chance atau kesempatan. Artinya, nasib adalah sebuah kesempatan yang bisa diusahakan maupun datang dengan sendirinya.
Dalam
pengertian ini, saya memandang nasib selalu bisa diubah. Nasib adalah
pilihan. Kita sendirilah yang menentukan nasib. Baik atau buruk, semua
di tangan kita. Dan, itu semua adalah konsekuensi dari apa yang kita
pilih dan lakukan dalam hidup ini.
Maka, ketika ada orang yang
mengatakan nasib kita akan jelek—apalagi seorang peramal—sesungguhnya
kita sendiri yang akan mewujudkannya atau tidak. Semua bergantung pada
apa yang ada di pikiran kita. Seperti yang saya alami puluhan tahun
silam ketika diramal oleh seorang peramal.
Dengan shio saya, latar
belakang saya, hingga berbagai macam analisis, ia mengatakan saya akan
bernasib hidup susah selamanya! Beruntung, saya memilih—sekali lagi saya
tegaskan, saya memilih dan sadar sepenuhnya—bahwa saya juga punya hak
untuk sukses. Saya pun berhasil mengubah nasib.
Maka, ketika ada orang yang mengatakan nasib kita akan jelek—apalagi seorang peramal—sesungguhnya kita sendiri yang akan mewujudkannya atau tidak. Semua bergantung pada apa yang ada di pikiran kita. Seperti yang saya alami puluhan tahun silam ketika diramal oleh seorang peramal.
Dengan shio saya, latar belakang saya, hingga berbagai macam analisis, ia mengatakan saya akan bernasib hidup susah selamanya! Beruntung, saya memilih—sekali lagi saya tegaskan, saya memilih dan sadar sepenuhnya—bahwa saya juga punya hak untuk sukses. Saya pun berhasil mengubah nasib.
Kita yang Menentukan
Banyak
ungkapan yang intinya menyebutkan, bahwa hidup sebenarnya adalah
pilihan. Dan, nasib pun sebenarnya sama. Kita sendiri yang menentukan.
Coba kita perhatikan pola hidup kita. Jika masih begitu-begitu saja,
mungkin ada yang perlu diubah dalam “jalan yang kita pilih” saat
menghadapi berbagai macam kendala atau keseharian kita.
Saat bangun,
pagi atau kesiangan, itu sebenarnya adalah pilihan. Saat akan bekerja,
mau banyak ngobrol atau segera menyelesaikan tanggung jawab, itu juga
pilihan. Saat akan belajar, mau sebentar atau berlama-lama, itu juga
pilihan. Akankah kita bersantai-santai atau bekerja keras, itu juga
pilihan. Intinya, kita sendiri yang menentukan, akan seperti apakah kita
di masa depan.
Saat bangun, pagi atau kesiangan, itu sebenarnya adalah pilihan. Saat akan bekerja, mau banyak ngobrol atau segera menyelesaikan tanggung jawab, itu juga pilihan. Saat akan belajar, mau sebentar atau berlama-lama, itu juga pilihan. Akankah kita bersantai-santai atau bekerja keras, itu juga pilihan. Intinya, kita sendiri yang menentukan, akan seperti apakah kita di masa depan.
Maka,
ketika kita melihat orang yang sudah sangat sukses, patut kita
pertanyakan, pilihan-pilihan hidup seperti apa yang ia lakukan dalam
kesehariannya. Saya bisa memastikan, pasti banyak hal positif yang ia
lakukan dalam kesehariannya.
Pertanyaannya kemudian, hidup seperti apa yang akan kita pilih agar
sukses bisa diwujudkan? Semua orang pasti punya caranya sendiri-sendiri.
Ada pula yang mencontoh pola hidup orang yang sudah sukses.
Tapi
intinya, semua kembali pada pilihan masing-masing. Maka jangan salahkan
nasib yang buruk jika kita sendiri tidak memaksimalkan pilihan positif
dalam hidup. Jangan katakan diri merasa belum beruntung jika kita
sendiri ternyata tidak memanfaatkan waktu secara maksimal. Baik Anda
pekerja kantoran atau seorang pengusaha, pilihannya sama. Apa yang kita
maksimalkan itulah yang akan “berbuah” di masa depan.
Untuk
itu, mari jauhkan sikap mengeluh saat menghadapi tantangan dan
halangan. Tapi, jadikan itu sebagai sebuah pengalaman hidup yang harus
kita ubah jadi pembelajaran kesuksesan. Kita sendiri yang bisa memilih
itu atau tidak. Begitu pula saat kita sedang menikmati masa kesuksesan
dan keemasan.
Apakah kita mau tetap waspada karena kegagalan sering kali
terus siap menanti atau mau bersantai sejenak menikmati hidup yang
sedang enak-enaknya. Itu juga pilihan kita sendiri yang akan menentukan.
Jadi, nasib seperti apa yang akan kita pilih untuk masa depan kita nanti?
Terus berjuang, terus berkarya, terus beraktivitas maksimal—
jika itu pilihan kita—sukses akan selalu menanti!
Salam sukses, luar biasa!
Pertanyaannya kemudian, hidup seperti apa yang akan kita pilih agar sukses bisa diwujudkan? Semua orang pasti punya caranya sendiri-sendiri. Ada pula yang mencontoh pola hidup orang yang sudah sukses.
Tapi intinya, semua kembali pada pilihan masing-masing. Maka jangan salahkan nasib yang buruk jika kita sendiri tidak memaksimalkan pilihan positif dalam hidup. Jangan katakan diri merasa belum beruntung jika kita sendiri ternyata tidak memanfaatkan waktu secara maksimal. Baik Anda pekerja kantoran atau seorang pengusaha, pilihannya sama. Apa yang kita maksimalkan itulah yang akan “berbuah” di masa depan.Untuk itu, mari jauhkan sikap mengeluh saat menghadapi tantangan dan halangan. Tapi, jadikan itu sebagai sebuah pengalaman hidup yang harus kita ubah jadi pembelajaran kesuksesan. Kita sendiri yang bisa memilih itu atau tidak. Begitu pula saat kita sedang menikmati masa kesuksesan dan keemasan.
Apakah kita mau tetap waspada karena kegagalan sering kali terus siap menanti atau mau bersantai sejenak menikmati hidup yang sedang enak-enaknya. Itu juga pilihan kita sendiri yang akan menentukan.
Jadi, nasib seperti apa yang akan kita pilih untuk masa depan kita nanti?
Terus berjuang, terus berkarya, terus beraktivitas maksimal—
jika itu pilihan kita—sukses akan selalu menanti!
Salam sukses, luar biasa!
0 Response to "Nasib adalah Pilihan"
Post a Comment