Seorang
profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer pada suatu
hari di tanggal 1 Desember. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit
yang tak mungkin dilupakan nya, bernama Ralph.
Ralph yang dikirim untuk menjemput sang
profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju
ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Ralph sering
tiba-tiba bergerak menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu
seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat
dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia
juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar.
Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar
menghiasi wajahnya.
“Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu?” tanya sang profesor.
“Melakukan apa?” kata Ralph.
“Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?”
“Oh,” kata Ralph, “Selama perang, saya kira.”
“Melakukan apa?” kata Ralph.
“Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?”
“Oh,” kata Ralph, “Selama perang, saya kira.”
Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam sambil tersenyum.
Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia
harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau
di depan matanya. “Saya belajar untuk hidup di antara pijakan
setiap langkah,” katanya. “Saya tak pernah tahu apakah langkah
berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk
melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat
dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan anugerah dan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.”
Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh
berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan
yang berkualitas dan bermakna bagi diri dan orang lain.
0 Response to "Setiap Langkah Adalah Anugerah"
Post a Comment