Ada sangat banyak manfaat menulis, salah satunya adalah untuk menjaga kesehatan. Para ulama zaman dahulu telah menunjukkan semangat menulis, dan tidak ada kisah yang menyebutkan bahwa mereka menjadi sakit karena banyak menulis. Para ulama salaf justru hidup penuh berkah, di mana tulisan mereka mencerahkan umat manusia hingga akhir zaman. Dengan usia mereka yang terbatas, menulis membuat kemanfaatan ilmu mereka tidak terbatas.
Menulis Adalah Tradisi Para Ulama
Bagaimanakah semangat para ulama dalam menulis? Lihatlah contoh Imam Syafi’i. Beliau menulis di atas pelepah kurma, tulang unta, bebatuan dan kertas yang dibuang orang. Sampai suatu saat kamarnya penuh sesak dengan benda tersebut dan tidak dapat menjulurkan kakinya ketika tidur. Akhirnya, beliau menghafal semua catatan dan benda-benda tersebut dikeluarkan dari kamar. Karyanya yang terkenal adalah Al-Umm dan Ar-Risalah. Abu Manshur Muhammad bin Husain –karena kondisi beliau yang miskin– menulis pelajaran dan mengulangi bacaannya di bawah cahaya rembulan.
Imam Al-Bukhari tidur di atas tikar, bila terlintas di benaknya sebuah masalah, beliau bangun dari tidur, mengambil korek api dan menyalakan lampu, kemudian menulis hadits dan memberinya tanda. Hal ini bisa beliau lakukan 15 sampai 20 kali dalam satu malam. Semangat membara inilah yang melahirkan kitab monumental Shahih Bukhari, yang ditulis selama 16 tahun. Ibnu Hajar al-’Asqalani, menulis kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari berjumlah 17 jilid selama 29 tahun. Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam menulis kitab Gharibul Hadits selama 40 tahun.
Imam An-Nawawi wafat pada usia 45 tahun dan belum sempat menikah. Tapi kitab yang ditulisnya beratus ribu halaman. Di antara karya yang terkenal adalah Al-Majmu’ dan Minhajuth Thalibin. Ibnu Aqil adalah seorang ulama yang menulis kitab Al-Funun, sebuah ensiklopedia yang memuat beragam ilmu, terdiri dari 800 jilid. Imam Ad- Dzahabi berkomentar, ”Belum ada kitab di dunia ini yang lebih tebal dari Al Funun”. Selain Al-Funun, beliau juga mempunyai sangat banyak kitab lainnya.
Ibnu Jauzi adalah ulama yang sangat banyak menulis kitab dalam berbagai bidang ilmu. Ibnul Warid mengatakan, “Bila lembaran-lembaran buku yang berhasil ditulis oleh Ibnul Jauzi dikumpulkan, lalu dibandingkan dengan umur beliau, rata-rata beliau menulis dalam sehari sebanyak sembilan buah buku seukuran buku tulis.” Karya Ibnul Jauzi mencapai 519 kitab.
Imam Muhammad bin Ali yang lebih dikenal dengan Asy-Syaukani, pengarang kitab Nailul Authar adalah seorang ahli tafsir, ahli hadits, ahli fiqih, dan ahli ushul fiqih. Beliau mewariskan 114 karya tulis. Imam Abdul Hayyi Al-Laknawi Al-Hindi pada usia 39 tahun telah menulis 110 kitab.
As-Sam’ani menceritakan bahwa Imam al-Baihaqi pernah tertimpa penyakit di tangannya, sehingga jari-jemarinya dipotong semua, hanya tinggal pergelangan tangan saja. Sekalipun demikian, beliau tidak berhenti menulis. Beliau mengambil pena dengan pergelangan tangannya dan meletakkan kertas di tanah seraya memeganginya dengan kakinya, lalu menulis dengan tulisan yang indah dan jelas. Demikianlah beliau melalui hari-harinya, sehingga setiap hari menulis kurang lebih sepuluh lembar. “Sungguh, ini adalah pemandangan sangat menakjubkan yang pernah saya lihat darinya,” kata As-Sam’ani.
Menulis Adalah Terapi
Hasil studi dari Karen Baikie, seorang clinical psychologist dari University of New South Wales dan hasil studi peneliti dari Universitas Texas, James Pennebaker, menunjukkan bahwa di antara manfaat menulis adalah bagian dari terapi kejiwaan. Menurut Karen Baikie, menulis tidak ada batasan usia, dan menuliskan peristiwa-peristiwa traumatik, penuh tekanan serta peristiwa yang penuh emosi bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental.
Dalam studinya, Baikie meminta partisipan menulis 3 sampai 5 peristiwa yang penuh tekanan selama 15 hingga 20 menit. Hasil studi menunjukkan, mereka yang menuliskan hal tersebut mengalami perbaikan kesehatan fisik dan mental secara signifikan.
Menurut Baikie, dalam jangka panjang, terapi menulis bisa mengurangi kadar stres, meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, memperbaiki fungsi paru-paru, fungsi lever, mempersingkat waktu perawatan di rumah sakit, meningkatkan mood, membuat penulis merasa jauh lebih baik, serta mengurangi gejala-gejala trauma.
Terapi ini bermanfaat bagi orang yang memiliki berbagai masalah kesehatan. “Partisipan yang menderita asma dan rematik arthritis menunjukkan adanya perbaikan fungsi paru-paru setelah melakukan tes laboratorium,” kata Baikie.
Menulis, menurut peneliti dari Universitas Texas, James Pennebaker, bisa memperkuat sel-sel kekebalan tubuh yang dikenal dengan T-lymphocytes. Pennebaker meyakini, menuliskan peristiwa-peristiwa yang penuh tekanan akan membantu Anda memahaminya. Dengan begitu, akan mengurangi dampak penyebab stres terhadap kesehatan fisik Anda.
Menurutnya, menulis adalah aktivitas mengasah otak kiri yang berkaitan dengan analisis dan rasional. Saat melatih otak kiri, otak kanan akan bebas untuk mencipta, mengintuisi, dan merasakan. Menulis bisa menyingkirkan hambatan mental dan memungkinkan seseorang menggunakan semua daya otak untuk memahami diri sendiri, orang lain, serta dunia sekitar dengan lebih baik.
0 Response to "Ternyata Menulis Itu Bikin Sehat..."
Post a Comment