Sering kita dengan kata-kata "dasar penjilat" dan yang sejenisnya.
Jilat, menjilat artinya menjulurkan lidah untuk merasai. Menjilat dalam
arti kiasan, berbuat sesuatu supaya mendapat pujian (Kamus Besar ahasa Indonesia tahun 1995).
Sedangkan kata penjilat berdasarkan makna di atas bisa kita definisikan:
orang yang senang menjilat, mencuri perhatian atasannya supaya mendapat
pangkat, jabatan, atau apapun yang bisa membuatnya senang.
Mahluk yang bernama penjilat itu tentu saja manusia biasa. Bahkan bisa
saja mereka dekat sekali dengan kita. Mereka hidup berkeliaran di antara
kita sebagai temannya dengan atasan kita sebagai sasaran yang akan dia
jilati dengan lidahnya.
Bisa dipastikan mahluk-mahluk jenis ini selalu hadir di setiap komunitas
dan di sebuah organisasi, terutama organisasi yang di dalamnya banyak
menjanjikan kenikmatan uang dan jabatan. Uniknya, mahluk tersebut bisa
berwujud wanita bisa juga pria. Mereka mudah dikenali, karena biasanya
seorang penjilat bukanlah orang yang berkepribadian luwes (lantip), tapi
individu yang bertingkah laku vulgar sampai kepada demonstratif
memproklamirkan diri sebagai orang terdekat atasannya, tak peduli pada
image negatif dia di mata orang lain.
Seorang penjilat adalah seorang yang ambisius dan oportunis. Dia bekerja
bukan semata-mata menjalankan tugas sebaik-baiknya atas nama kewajiban,
tapi di balik semua itu tersimpan segudang niat dan rencana buruk. Dia
bekerja demi pujian semata, uang semata, jabatan semata, atau
peningkatan karier semata. Mumpung ada kesempatan. Segala macam cara
akan dia tempuh demi mendapatkan semuanya, tak peduli ihtiar dia dalam
rangka mewujudkan keinginannya itu dibenarkan atau tidak, melanggar
norma atau tidak, halal atau tidak.
Demi kesuksesannya dia beranggapan bahwa kolega bukanlah teman
seperjuangan, kolega adalah saingan. Teman-teman yang memiliki kemampuan
atau berpotensi melebihi dirinya dianggap rival terberatnya. Untuk itu
seorang penjilat akan mengeluarkan jurus sikut kiri sikut kanan, tendang
depan tendang belakang.
Seorang penjilat adalah seorang yang rajin membuat laporan buruk tentang
sikap dan pekerjaan teman-temannya kepada atasan, baik sesuai fakta
atau hanya rekayasa belaka, dengan harapan atasannya akan beranggapan
dan berkesimpulan bahwa diri si pelaporlah bawahan yang paling baik,
paling berpotensi, paling qualified, paling bisa diandalkan di
bidangnya, serta tak diragukan lagi loyalitasnya terhadap pimpinan.
Seorang penjilat juga wujud dari seekor bunglon. Di hadapan
teman-temannya dia sangat suka berpura-pura, pura-pura berbaur,
pura-pura menawarkan diri menjadi sahabat terbaik siapa saja. Tapi di
hadapan atasannya akan lain lagi ceritanya.
Kehilangan kedekatan dengan atasan dan kehilangan jabatan buat seorang
penjilat adalah musibah. Oleh karena itu sebelum musibah itu menimpanya,
dia akan sekuat tenaga mencapai keinginan dan mempertahankan apa yang
sudah diraihnya sampai titik darah penghabisan. Tak peduli usahanya itu
berdampak merugikan orang lain. Seorang penjilat berprinsip persetan
dengan hak dan kepentingan orang lain. Hak dan kepentingan dirinyalah
yang diutamakan.
Akan merasa puaskah Si Penjilat bila semuanya telah dia raih? Saya kira
mahluk jenis ini tak akan mengenal rasa puas. Bila target yang ingin dia
capai dalam hidupnya diibaratkan abjad, maka setelah mendapatkan huruf A
dia ingin segera mendapatkan huruf B, C, D, dan seterusnya. Bahkan bila
dia telah mencapai huruf Z pun (huruf latin terakhir) dia masih ingin
menggapai A׳ (A aksen) dan seterusnya. Seakan-akan dunia yang kita huni
ini tak akan pernah berakhir. Seolah-olah hidupnya ini akan abadi.
Seorang penjilat akan merasa aman dan hidup makmur bila atasan yang dia
jilati berkepribadian sesuai dengan harapannya. Seorang penjilat akan
merasa berada di atas angin bila pimpinan tempat di mana dia bekerja
(bernaung) ternyata juga sama-sama dari golongan bunglon dan satu
karakter dengannya: ambisius dan oportunis. Bila begitu keadaannya akan
ada hubungan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Si atasan
memanfaakan dia sebagai tamengnya untuk berbuat semena-mena dalam
menduduki kursi kepemimpinannya, si penjilat juga memanfaatkan atasannya
untuk memuluskan jalannya dalam meniti karier menuju jabatan yang lebih
tinggi dan mempertahankannya agar tidak jatuh ke tangan orang lain.
Tapi seorang penjilat akan mati kutu bila atasannya bukan sembarang
atasan, tapi manusia idealis yang memiliki prinsip. Lidah seorang
penjilat akan tumpul tak bertuah di hadapan pemimpin yang jujur, amanah,
bertanggung jawab, adil, dan bijaksana. Seorang penjilat akan rontok
harga dirinya di mata seorang pemimpin yang lebih percaya pada prestasi
bawahannya dari pada percaya terhadap laporan-laporan rutin tanpa bukti
dari seseorang. Seorang penjilat akan tersingkir sampai kepada frustrasi
karena pemimpin yang berjiwa besar sama sekali tak membutuhkannya.
Kesimpulan dari paparan di atas adalah, bila dalam sebuah komunitas
maupun sebuah organisasi ada berkeliaran bunglon-bunglon berwajah
manusia, itu pertanda komunitas dan organisasi tersebut tidak sehat,
pemimpinnya tidak mempunyai kepribadian, serta sikap amanahnya
diragukan. Dan sebaliknya, bila sebuah komunitas dan sebuah organisasi
sangat menghargai prestasi dan menjunjung tinggi kedisiplinan,
kebersamaan, dan kekeluargaan, sudah bisa dipastikan pimpinan organisasi
tersebut seorang yang tangguh, berwibawa, kharismatik, dan tabu akan
jilatan bawahan.
Kesuksesan seorang PENJILAT tidak akan bertahan lama, karena tidak semua manusia bodoh.
# Lebih baik menjilat ice cream magnum gue yang hampir mencair ini, saking keasyikan dan lamanya gue nulis artikel ini. daripada mikirin seorang penjilat yang tidak bisa merasakan " arti sesungguhnya " nikmatnya es krim ini. Hmmm....brrrrr enaknya. Hahhahha.... :)
0 Response to "Manusia Penjilat"
Post a Comment