Point 1: Alasan dari kebanyakan orang merokok
Kalau di jaman ane dulu tahun, pada umumnya remaja mulai berani merokok pada usia SMA, itupun sambil sembunyi-sembunyi. Termasuk TS sendiri dulu mulai merokok ketika SMA kelas 2, sampai akhirnya TS berhenti total merokok ketika masih kuliah dulu. Seperti alasan kebanyakan temen-temen yang lain ketika itu, alasan merokok di kala memasuki usia-usia puber itu adalah tak lain dan tak bukan sekedar motivasi secara psikologi ingin dianggap keren dan jantan.
Sama juga seperti alasan ketika waktu itu nindik kuping pake anting, sering tawuran, gampang berantem, dll.. ujung-ujungnya ya pengen dianggap sebagai lelaki jantan sekaligus agar diterima di pergaulan. Nah nasib anak yang dianggap polos apalagi cupu, sulit untuk diterima secara luas. Jaman ane kalau gak merokok diteriakin banci, mungkin juga sampe jaman sekarang. Bentuk bullying gan!
Contoh efek psikologi lelaki jantan pemberani yang ditawarkan iklan rokok
Nah berawal dari ngerokok niatnya sebagai tuntutan pergaulangan, terus secara psikologis pengen dianggap keren, pengen dianggap laki, pengen dianggap macho, pengen dianggap jantan.. akhirnya kebablasan jadi kebiasaan dan akhirnya ya berujung pada kecanduan rokok!
Karena memang rokok punya kandungan-kandungan zat adiktif yang bersifat mencandu, seperti halnya zat adiktif yang terdapat pada narkoba. Hanya saja bedanya kalau pada rokok tingkat adiktifnya gak sampe level sakaw macem narkoba.. sekedar galau, kurang nyaman, bibir rasanya pahit, kurang tenang, dll. Nah kalau gak segera berhenti merokok, akhirnya umumnya keterusan sampai tua, bahkan sampai usia renta. Anak cucu pun bisa menirukan, tidak jadi contoh yang baik!
Quote:
Point 2: Antara iklan dan kenyataan menjadi pecandu rokok
Tidak bisa dipungkiri betapa besar peran iklan untuk menjaring konsumen rokok. Di Indonesia iklan rokok penuh sesak memenuhi berbagai media, dari iklan televisi, iklan cetak sampai sponsor olahraga. Masyarakat kita dikepung tuntutan pergaulan yang mempropagandakan 'gak laki kalau gak ngerokok' dan ditambah derasnya iklan rokok yang berusaha mempersuasif menanamkan citra atau imajinasi karakter tertentu ke dalam pikiran target konsumen, maka akhirnya banyak dari kaum muda yang menyerah dan menjadi konsumen budak rokok. Padahal, jika mau ditelaah, imajinasi yang ditawarkan iklan dengan kenyataan yang ada berbeda 180 derajat!
Perokok tangguh, jantan dan pemberani itu hanya di iklan
(1) Ketika agan sudah kecanduan sama rokok, semakin lama stamina tubuh agan akan berkurang, karena racun-racun dalam kandungan rokok terus 'menggerogoti' tubuh agan. Salah satu buktinya adalah dari hasil sekian banyak pembedahan medis terhadap tubuh perokok dan non-perokok hasilnya sangat nyata, pecandu rokok paru-parunya menghitam dan banyak terdapat kerusakan. Jadi jangan heran ketika seorang perokok apalagi pecandu rokok selalu ngos-ngosan tiap kali lari atau kerja berat, otomatis kerja gak maksimal. Terus ane ingat kalau tiap ada kerja bakti, para perokok lebih sering istirahat karena kecapekan. Inikah tangguh?
(2) Residu rokok yang mengendap seperti lemak di saluran pembuluh darah sudah tentu mempersulit kelancaran aliran darah ke seluruh tubuh agan. Buruknya kualitas pernafasan dan aliran darah kerap menjadikan perokok menjadi pria impoten yang loyo dan pecundang di ranjang. Gak bs ereksi plus ejakulasi dini.. apakah bisa dianggap macho dan jantan? Sebagian cari solusi instant, yaitu obat kuat yang berbahaya bagi jantung. Suami yang baik tentunya tidak boleh egois, istri juga ingin merasakan kepuasan biologis. Banyak kasus istri menderita secara psikologi karena suaminya impoten. Karena rasa cinta mereka pura-pura puas agar suami tidak minder, lha pecandu rokok gak mikir hal ini gan. Sayang sama istri gan? Berhentilah merokok sekarang!
(3) Zat pada rokok memang punya efek menenangkan, tapi beda urusannya ketika memasuki ranah pemberani. Temen ane yang pecandu rokok diajak ber-adventure naik motor trail menapaki lembah gunung yang terjal dan ekstrem, keringat doi bercucuran sambil terus baca dzikir, padahal shalat aja biasanya nggak. Padahal iklan rokok yang dia hisap sehari-hari temanya petualang pemberani. Nyali seseorang tidak bisa terasah hanya dengan cara merokok gan. Mayoritas nyali pemberani itu adalah bawaan sejak lahir alias awaan orok.
Merokok terlihat keren itu hanyalah psikologi masa puber
Remaja yang sedang puber sangat mudah dan rentan dengan berbagai pengaruh, termasuk pengaruh dari pergaulan hingga pengaruh iklan. Melihat orang dewasa merokok kadang memunculkan persepsi bahwa itu keren. Padahal keren atau tidaknya agan itu bukan karena merokok, tapi karena penampilan, tingkah laku dan aspek lainnya. Seorang yang naik Kawasaki Ninja 250 dengan jaket kulit akan terlihat keren ketika merokok. Bandingkan ketika agan melihat seorang yang naik sepeda onthel butut, lalu menghisap rokok yang sama dengan yang dihisap pengendara Kawasaki Ninja 250, gak bakalan jadi terlihat keren! Itu cuma perasaan korban iklan!
Merokok bikin orang terkesan 'smart' itu hanya di iklan
TS dulu berhenti merokok mikirnya: "aku ini koq goblok banget ya! udah diracun, bayar lagi."
Beberapa produsen rokok yang levelnya sudah mature atau mapan, kerap menghadirkan iklan rokok yang menampilkan karakter-karakter model iklan yang smart atau cerdas bahkan jenius. Iklan tipe soft sell seperti ini mencoba merpersuasif audiensnya untuk merasa seperti karakter dalam iklan yang ada, berpikiran cerdas,
jenius dan yang semisalnya. Sehingga di bawah alam sadar mereka akan muncul mindset bahwa rokok yang diiklankan tersebut adalah rokoknya orang-orang yang cerdas, atau jenius atau berintelektual tinggi. Padahal mau ngehabisin rokok segudang pun, tidak akan menyulap kita jadi smart seperti di iklan rokok.
Banyak dari pecandu rokok sering bersikap tidak rasional
Candu dari rokok dapat mematikan hati nurani dan memunculkan tindakan irasional
TS punya tetangga seorang bapak-bapak yang pecandu rokok, yang hidup dalam ekonomi sederhana. Namun dalam sebulan beliau mengeluarkan lebih dari Rp. 200.000 untuk keperluan membeli rokok. Pernah ketika ane berkunjung, putranya baru pulang sekolah. Ada sesuatu yang menarik perhatian ane, yaitu ane melihat sepatu dan tas sekolah yang robek dan bolong-bolong. Karena sudah kecanduan rokok, rasa sayang dan perhatian seorang bapak terhadap anak pun terkalahkan oleh rokok. Bayangkan gan, kalau uang Rp. 240.000 yang dihabiskan untuk rokok tiap bulannya itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan sekolah anaknnya, lebih dari cukup gan untuk membeli sepatu dan tas baru dan sisanya bisa untuk mencukupi kebutuhan lainnya. Tapi apalah daya, candu rokok sudah mengalahkan nurani sang bapak. Bapak tersebut meninggal, akibat sakit jantung!
Contoh kedua. Dulu jaman masih SMP, Ketahuan merokok minimal masuk ruang BK dan orang tua dipanggil ke sekolah. Selang berlalu, 10 tahun kemudian ane nganterin adik ane ke sekolah yang sama. Dan sungguh terkejutnya ane, bapak-bapak guru hingga kepala sekolah dengan santainya merokok di lingkungan sekolah. Astaghfirullah.. mereka para guru yang dibayar untuk menjadi tauladan yang baik. Matinya nurani!
Contoh ketiga. Tetangga ane punya dua orang anak laki-laki. Bapaknya sopir truk, ibunya buruh pabrik. Orang tuanya beberapa kali dipanggil ke sekolah, karena anaknya gak bayar SPP. Ternyata uang SPP pemberian orang tuanya selalu dihabiskan untuk beli rokok. Kedua anaknya akhirnya drop out, karena orang tua tak sanggup lagi membiayai. Kerja keras orang tua tidak dihargai demi mengikuti nafsu merokok. Ironis!
Contoh keempat. Kita semua tau ketika tiap kali ada wacana kenaikan BBM, selalu terjadi demo besar-besaran di hampir berbagai wilayah di Indonesia. Kenaikan antara 500 hingga 2000 rupiah bisa bikin masyarakat meradang naik pitam. Alasannya kurang lebih seragam: "kenaikan BBM yang diperlukan untuk bekerja sehari-hari akan mengurangi pendapatan dan menambah beban pengeluaran." Saat BBM yg alasannya dibutuhkan untuk menunjang pekerjaan harganya naik, pada demo sampai anarkis dan mengakibatkan kerugian ratusan hingga milyaran rupiah.. tapi untuk beli rokok Rp. 15.000,- perbungkus setiap hari tidak pernah komplain. Apakah ada kita temui demonstrasi besar-besaran para perokok ketika ada kenaikan harga rokok?
Quote:
Point 3: Renungan Ilmiah Motivasi Berhenti Merokok
Pada umumnya, teman-teman yang ane ajak untuk berhenti merokok dapat memahami detail dampak-dampak negatif sebagaimana yang sebagian ane tulis pada poin 2 di atas. Namun terkadang susahnya menyadarkan seorang yang sudah kecanduan rokok adalah mereka terus mencari pembenaran-pembenaran yang terkadang memakai alasan-alasan yang irasional dan bahkan konyol jika dinalar akal sehat yang kadang jadi debat kusir.
Nah 'jurus pamungkas' yang sering ane dengar sebagai alasan atau pembelaan paling akhir adalah ucapan: "Kambing aja kagak ngerokok mati! Manusia ngerokok atau gak ngerokok kalau waktunya mati ya mati!" Nah kalau sudah masuk sesi tema perkambingan mode total defense ini yang musti sabar buat menjelaskannya.
Bismillah. Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam: “Allah telah menulis takdir-takdir seluruh makhluk (pada kitab lauh mahfudz) 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” [HR. Al-Imam Muslim dari shahabat Abdullah ibn Amr ibn Al-Ash radhiyallahu 'anhu]. Merujuk pada hadits shahih di atas dan sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, bahwasanya termasuk yang namanya kematian itu telah Allah 'Azza wa Jalla tentukan masing-masing waktunya atas masing-masing makhluk-Nya. Kematian itu tidak dapat dimajukan atau dimundurkan seharipun. Hanya Allah semata lah yang mengetahui kapan tibanya ajal kita. Wallahu a'lam bishawab.
Semisal seorang yang bernama Bambang telah Allah tuliskan takdirnya di dalam kitab Lauh Mahfudz bahwasanya kematiannya adalah pada usia 60 tahun, ingat ini adalah permisalan (sebagaimana Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa rata-rata usia umatnya adalah 60-an tahun). Namun diusia remaja Bambang menghabiskan hidupnya dengan perbuatan-perbuatan yang merusak tubuhnya yang mana telah Allah karuniakan kondisi yang sehat dan sempurna. Bambang tak pernah lepas dari yang namanya rokok dan juga punya kegemaran minum miras. Nah akibat dia merusak tubuhnya dengan zat-zat yang penuh mudharat seperti rokok dan miras, akhirnya tubuhnya mulai sakit-sakitan diusia 40-an tahun. Bambang akhirnya tak bekerja.
Diusia 45 tahun dokter memvonis Bambang terkena sakit paru-paru akibat kebiasaan merokok. Lalu diusia 50 tahun ginjalnya ikut bermasalah, karena kebiasaannya minum miras. Dua penyakit tersebut menguras habis harta bendanya. Awalnya motor yang dijual, kemudian mobil, lalu rumah ketika penyakitnya menjadi komplikasi. Karena kondisinya Bambang otomatis tak mampu bekerja, akhirnya istrinya lah yang jadi tulang punggung keluarga. Anaknya pun tak bisa kuliah karena semua harta habis untuk berobat. Kehidupan keluarganya kacau balau.
Melihat kondisi yang ada Bambang depresi, tidak kuat mental melihat keluarganya harus merasakan kondisi nelangsa karena finansial keluarga habis-habisan dan bahkan penuh hutang. Tak kuat dengan semuanya itu, Bambang pun berpikir untuk bunuh diri saja agar tidak terus membebani keluarga. Apalah daya, Allah telah menakdirkan usianya meninggal pada usia 60 tahun. Beberapa kali dia mencoba bunuh diri, namun selalu gagal, karena memang belum waktunya dia meninggal. Hingga akhirnya di usia 60 tahun dia menghembuskan nafas terakhir. Bayangkan karena dia tidak bisa menjaga mensyukuri nikmat dari Allah, selama 20 tahun di akhir sisa hidupnya ia merasakan penderitaan yang hebat. Begitu pula keluarganya ikut merasakan penderitaan yang ada. Apa yang dia tanam diusia muda berupa mudharat, akhirnya dia tuai diusia tua berupa penderitaan.
Teman dan tetangga Bambang yang namanya Joko, juga meninggal diusia 60 tahun. Namun dia menyadari akan nikmat karunia dari Allah berupa tubuh yang sehat, maka dia berusaha menjaganya dengan baik. Joko ikhtiar dalam bentuk olah raga rutin dan menjauhi rokok apalagi bahaya miras. Dan Allah Ta'ala telah berjanji akan menambahkan nikmat bagi mereka yang pandai bersyukur. Sama-sama meninggal di usia 60 tahun, namun Joko meninggal dalam kondisi sehat dan mewariskan berbagai manfaat dan kebaikan untuk keluarganya. Indah!
Dulu ketika TS bertekad bulat berhenti merokok, ane ngerasain yang namanya disindir, dicibir dan diolok-olok sama temen-temen. Tapi tekat ane sudah bulat, apalagi Ibu ane gak suka ane merokok dan ane juga berpikir: "Kalau ane terus merokok, trus ane jatuh sakit kena paru-paru atau jantung, teman-teman ane khan gak bakal tanggung jawab. Ane yang bakal ngerasain sakitnya, ane yang bakal nanggung biayanya, anak istri dan keluarga ane yang bakal susah, bukan mereka." Dan Alhamdulillah ane bisa hidup tanpa rokok. Ane berpikir juga, orang tua ane berkorban merawat ane sejak bayi, gak pantas ane sia-siakan pengorbanan mereka!
Dikandung 9 bulan, disusui 2 tahun, dirawat hingga dewasa, diberi makan yang sehat, dijaga
agar senantiasa sehat. Dan rasa terima kasih kita kepada orang tua atas segala kasih sayang serta pengorbanan mereka dengan cara kita rusak tubuh kita dengan rokok/miras/narkoba?
Bagi ane seorang Muslim, berjuang berhenti merokok itu adalah sebuah jihad di jalan Allah Ta'ala. Sebagai
lelaki ane merasa hebat dan bangga bisa berkorban untuk anak istri dan orang tua. Hidup sehat dan tak lagi boros demi rokok. Mereka banggan dan bahagia ane berhenti merokok. Dan yang terpenting adalah sebagai bentuk rasa syukur ane terhadap segala nikmat sehat karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala. Barakallahufiikum.
Di negara-negara maju masyarakatnya berbondong-bondong
meninggalkan rokok. Tapi di negara kita malah sebaliknya!
Indro Warkop - Berhenti Merokok Itu Baru Jantan dan Berani!