Kandasnya hubungan cinta adalah salah
satu bukti betapa hidup tak pernah pasti. Orang yang semula selalu ada
untuk kita kini lenyap begitu saja. Nggak ada lagi yang bisa diajak
tertawa bareng, makan serakus-rakusnya bareng, menggila dan konyol
bareng — atau sekadar menggenggam jemari satu sama lain dan menikmati
sunyi.
Itulah kenapa putus cinta bisa sangat
menyakitkan. Walau begitu, saat hati kita sudah terobati suatu hari,
kita akan mampu mengerti hal-hal berikut ini:
1. Mengasihani diri sendiri itu “dosa besar”.
Wajar untuk merasa kaget dan ganjil saat kita kembali single.
Tapi, itu bukan alasan untuk terus mengasihani diri. Berpikir bahwa
kita adalah korban, bahwa kita terlalu lemah menghadapi masa depan,
tidak akan membantu menyembuhkan luka.
Mungkin saja bukannya kamu nggak percaya
kalau lukamu bisa sembuh. Mungkin kamu cuma nggak mau sembuh — kamu
ingin terus mencengkeram hati yang sudah keropos itu.
Sadarilah sekarang juga: ada sisi-sisi dirimu yang masih utuh dan fungsional. Sisi-sisi itu membuat masa depanmu pantas diperjuangkan.
2. Bahagia, sekali lagi, adalah pilihan.
Kalau (seperti saya) kamu muak “dipaksa” berpikiran positif,
Dan kalau (seperti saya) kamu sering
bikin orang jengkel dengan bertanya kenapa kita harus bahagia, atau
kenapa kebahagiaan itu penting:
Menjadi bahagia itu bukan keharusan,
tapi pilihan. Jadilah bahagia bukan karena itu penting, melainkan
karena itu akan membantumu bertahan saat kamu merasa tidak penting.
3. Ada banyak hal yang kita lewatkan selama sibuk pacaran.
Tahu ‘kan pasangan yang kemana-mana
selalu berdua? Mungkin kamu dan (mantan) pacarmu adalah contohnya, cuma
saja selama ini kamu nggak sadar. Kamu terlalu sibuk menghangatkan diri
dalam gua yang dalam dan nyaman bersama dia.
Putus adalah momen di mana kamu terdepak
keluar dari gua itu. Kamu menjejaki dunia yang sebenarnya lagi. Akan
ada keterasingan yang kamu rasakan, tapi jangan gentar. Kamu harus
merasa terasing untuk paham bahwa setiap orang — setiap orang — memiliki
sesuatu yang membuat mereka pantas atas perhatian dan penghargaanmu.
4. Cinta itu bisa tercurah nggak hanya pada kekasih.
Sastra Yunani Kuno mengenal beberapa kata untuk cinta. Eros untuk cinta yang berlandaskan hasrat. Philia untuk cinta kepada keluarga dan teman. Agape untuk kesediaan berkorban kepada kemanusiaan dan Tuhan.
Lihat, ‘kan? Cinta itu nggak cuma eros. Seberapa
menyakitkan pun akhir hubungan romantis kita, seberapa lecet pun hati
yang sekarang kita punya, bukan berarti kita kehilangan kemampuan
mencintai kita.
5. Cinta itu brutal.
Kita akan mulai memahami bahwa cinta
nggak cuma soal hal yang indah-indah saja. Cinta antara dua orang nggak
mungkin bertahan tanpa usaha terus-menerus — usaha yang kadang
melelahkan dan selalu membutuhkan partisipasi dua orang.
6. Mencari Pelampiasan Sementara = Tidak Dewasa.
Kamu akan gatal menambal rasa hampa di
hatimu dengan mendekati orang baru. Ssssst….sebenarnya kamu nggak
tertarik dengan orang itu — kamu cuma nggak tahan sendirian dan takut
merasa kesepian.
Kamu tahu bagaimana kisah ini akan
berakhir. Orang yang jadi pelampiasan sementaramu akan sakit hati karena
dibohongi, sedangkan kamu akan merasa lebih hampa dari semula.
7. Kamu harus mempercayai sesuatu yang lebih besar dari dirimu supaya bisa bertahan.
Kalau kamu percaya takdir, kamu harus
mulai berbaik sangka pada Tuhan dan alam raya. Percayalah bahwa mereka
telah menyimpan rencana yang sempurna untukmu.
Kalau kamu tidak percaya, ingat-ingatlah
kisah Sisyphus — yang dikutuk para dewa untuk mengangkat batu
sampai atas bukit, hanya untuk mendapatkan batu itu kembali ke dasar
bumi. Begitu terus selama-lamanya.
Intinya, bahkan jika perjuangan itu berakhir percuma, yang terpenting adalah fakta bahwa kamu berusaha.
“The struggle itself … is enough to fill a man’s heart. We must imagine Sisyphus happy.” – Albert Camus
8. …Dan itulah bagaimana kamu bisa mulai mempercayai diri sendiri lagi.
Mempercayai sesuatu yang lebih besar
dari kamu adalah sama dengan mencari makna hidup. Dengan kehidupan yang
lebih bermakna, kamu mulai bisa mempercayai dirimu sendiri dan usahamu.
Kamu juga akan sadar bahwa seberapa
sakit hati pun kamu, musik kesukaanmu akan tetap enak didengar. Tempat
bakso favoritmu tetap jualan dan dagingnya tetap enak. Teman-temanmu
tetap mencintaimu. Keluargamu tetap ngotot mau merangkulmu. Segalanya
akan baik-baik saja.
9. Kamu akan heran kenapa dulu kamu bisa jatuh hati padanya.
Ketika lukamu mulai sembuh, nostalgia akan membuatmu terpana: apa sih yang dulu membuatmu jatuh hati?
Ini karena kamu tak lagi memandang masa
lalu melalui kaca pembesar merah jambu. Sekarang, kamu mampu melihat
segalanya dengan warna-warna yang apa adanya.
Kamu akan keheranan kenapa dulu kamu tak mampu melihat warna-warna itu.
10. Kamu akan heran pada hal-hal yang pernah rela kamu lakukan demi dia.
Masih ingat waktu kamu begadang untuk
bantu dia mengerjakan tugas kuliah? Waktu kamu memanjangkan rambut
karena dia nggak suka cewek berambut pendek? Waktu kamu, yang nggak
bisa masak, membeli buku resep makanan demi menghidangkan risotto untuknya?
Jangan pernah lupakan momen-momen itu. Mereka adalah bukti bahwa kamu pernah sungguh mencintai seseorang.
Hey, at least it was cute.
11. Kamu mulai mengakui bahwa kamu memang lebih baik sendiri.
Kamu akan mulai terbiasa sendiri, dan kamu akan paham kalau sendirian tak harus berarti kesepian.
Setelah kamu putus, kamu semakin sibuk
dengan pekerjaan ataupun lingkaran sosialmu yang lain. Kamu pun mulai
mengakrabi hal-hal baru, yang sebelumnya tak pernah terbayangkan
bisa menyenangkanmu.
Lalu kamu mulai mengenang pertengkaran
waktu kamu pacaran dulu. Alasan kalian bertengkar kini terasa absurd.
Kalian memang dua orang yang begitu bertentangan, dan kamu senang kalian
berdua cukup pintar untuk mengakhiri hubungan kalian itu.
12. You can be friendly, but not friends, with them.
Karena dunia kalian beririsan atau
memang takdir yang menentukan, kamu pun bersua lagi dengannya. Kamu
tersenyum, menanyakan kabarnya, mengangguk sopan, lalu pamit pulang.
Kamu mampu ramah padanya karena sudah
bisa menerima bahwa dia lebih dari sekadar coreng pada nasibmu, atau
pisau yang mencolok-colok matamu. Namun tetap saja, mustahil bagimu
untuk “berteman biasa” dengannya.
Mungkin karena kamu telah merasakan
betapa normal dan biasa saja hidup tanpa dia. Sementara itu, kalau kamu
mau menjadikannya teman, kamu akan perlu usaha ekstra dan
menyesuaikan diri lagi.
13. Patah hati yang sebenarnya adalah ketika perasaan cintamu sudah hilang sama sekali.
Kamu bangun di pagi hari dan nggak ada
dorongan ingin mengecek Twitter atau Facebook-nya. Ketika kamu terjaga
di malam hari, yang kamu pikirkan juga bukan lagi dia.
Di hatimu, tidak ada penyesalan. Tidak ada kemarahan. Tidak ada bilur.
Tidak ada juga sisa rasa hangat saat mendengar namanya. Di hatimu, tidak ada apapun.
Dan itulah patah hati yang sebenarnya. Kamu dihadapkan pada curiga dan ribuan tanda tanya: jika
cinta yang kuat pun akhirnya bisa mati…bagaimana nasibnya
hubungan-hubungan yang lain, yang “biasa-biasa saja”, yang tak dilandasi
rasa sekuat dan setulus itu?
14. Kamu akan move on dan mulai membuka hatimu lagi.
Setelah sakitmu pudar, yang akan kamu
rasakan adalah kenyamanan melakukan segalanya sendirian. Kemudian, tanpa
terencana, kamu akan kembali jatuh cinta. Kali ini dengan orang yang
sama sekali berbeda.
Mulanya kamu akan bersikap defensif dan
menarik diri. Kamu akan dibingungkan oleh perasaanmu sendiri. Kamu akan
bertanya dalam hati: “Siapa dia, kenapa aku, dan berapa banyak dari jiwanya yang akan rela ia curahkan?”
Namun, kamu akan belajar perlahan-lahan
untuk mengabaikan segala curiga dan ragu. Kamu menatap lekat orang yang
baru itu, dan tahu ia berhak kamu beri kesempatan.
Semuanya baik-baik saja.
15. Dia pun akan move on... And that’s okay.
Setelah lama mundur dari kehidupanmu, tiba-tiba si mantan menelepon.
Kamu mengenal baik suaranya. Hanya intonasi dia yang sedikit berbeda.
“Undangannya sudah sampai?”
Di dalam kotak surat depan rumahmu,
sudah ada sebuah amplop berbordir. Ada nama mantan pacarmu di sana,
berjajar dengan sebuah nama asing yang belum pernah kamu dengar
sebelumnya. Namamu juga ada di undangan itu, sih, tapi dicetak di atas
sticker kertas putih dengan pengantar: “Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan gelar atau ejaan.”
Kamu tersenyum lebar-lebar. Siapa sangka
kalau akhirnya kamu akan menyalaminya, alih-alih mendampinginya, di
pelaminan? Hidup memang selalu penuh kejutan.
16. Ada dirinya yang akan selamanya tinggal dalam dirimu…. And that’s okay.
Moving on bukan berarti kamu bersikap seolah tak pernah mengenalnya.
Moving on adalah
menyadari bahwa dirimu sebelum dan sesudah bersamanya adalah dua
pribadi yang jauh berbeda. Dan kamu nggak bisa kembali ke dirimu yang
dulu lagi.
Moving on adalah menerima dengan ikhlas bahwa selalu ada
bagian dari dirinya yang menyatu dengan jiwamu. Dan bahkan ketika kalian
sudah berpisah, bagian-bagian itu akan tetap ada di dalammu.
Segalanya baik-baik saja.